Sore hari kemarin lusa, kami pasrah. 

Uang seadanya dari program pemerintah itu telah habis dipergunakan. Untuk sedekah, menuntaskan pembayaran rambut bayi kami. Potongan rambut bayi yang disetarakan dengan harga emas. Sebesar 365 ribu, yang baru bisa dibayar atau disedekahkan setelah tiga bulan dari kelahiran sang bayi. Kemudian, hanya menyisakan sisa beberapa helai uang saja.


Terlihat raut kecewa di wajahnya -sang istri-. Matanya kemudian redup akibat lupa menyisakan biaya untuk imunisasi sang bayi. Momen indah berbagi tersebut harus kami rasakan dengan perasaan yang begitu berat, lantas menjadi kebingungan yang berkepanjangan.


Setelahnya, saya sebagai pemimpin di bahtera 'kapal' sederhana, hanya bisa menasehati dengan suara rendah, "bersedekah bukan berarti berkurang, tetapi bisa jadi bertambah."


Tak sengaja, di pagi hari, dalam rutinan mencuci baju bayi, saya mendengarkan podcast* pagi yang bertemakan motivasi dalam keadaan sulit. Inti dari pembahasannya menuntut pendengarnya agar mempraktikkan rumus ini: bersedekah dan bersyukur.


Langkah pertama telah selesai dilewati. *Sedekah itu akan terasa sedekahnya ketika apa yang disedekahkan terasa sangat berat untuk diserahkan. Kemudian, bersyukur. Berterima kasih kepada Yang Mahakuasa atas rahmat-Nya.* Memang terdengar tidak begitu sulit. Akan tetapi, bagaimana jika kita berterima kasih atas hal yang  justru membuat kita berkeluh-kesah? Tentu akan sangat susah.


Ketika telah selesai mendengarkan siraman motivasi tersebut. Entah kenapa, di dalam diri, benar-benar terasa plong.


Akhirnya, saya bagikan rumus tersebut kepada istri. Supaya ia bisa bersikap pasrah, dan bersyukur. Bersyukurlah ketika dapat bersedekah. Karena dengannya, kita bisa membantu sesama. Karena dengannya pula, kita bisa membersihkan harta -dari debu-debu yang mengotori keberkahannya.


Istri sepakat, walau matanya terlihat berkaca-kaca. Saya bersikap lega. Alhamdulillah. Sebenarnya itulah sejatinya nikmat, yang benar-benar menyejukkan. Ketika melihat pasangan berada pada satu frekuensi kebaikan yang sama.


Tak lama setelahnya, bantuan dari-Nya segera datang. Ibu mertua tiba-tiba memberi uang, tujuannya mengganti harga barang yang ia butuhkan untuk keperluan memberi kepada bayi orang lain. Kebetulan, kami punya barang-barang yang sama dan masih baru.


Padahal, kemarin-kemarin, kami menolak keras ketika ibu merayu untuk mengganti. Namun, tanpa disangka, ia tiba-tiba mengirimkan uang, secara paksa, lewat anak sulungnya, kakak sang istri. 

Tidak hanya uang. Namun juga, barang-barang. Baju dari sang kakak untuk bayi kami -yang kebetulan bajunya sudah pada ngetat. Lalu, ditambah dengan oleh-oleh berupa makanan dari sang ibu.


Hal tersebut tidak pernah terpikirkan atau pun terduga. Tidak pernah ada dalam pikiran kami sebelumnya. *Memang, skenario dari-Nya merupakan skenario terbaik yang pernah ada.*


*Source: YT Pagar Kehidupan